Joseph Schumpeter (1883-1950) mempelajari tahap dan penyebab siklus bisnis (business cycle) dan dalam bukunya Capitalism, Socialism and Democracy (1942) dia berpendapat bahwa kapitalisme justru bisa hancur oleh keberhasilannya. karena perusahaan-perusahaan kecil digantikan oleh perusahaan-perusahaan besar yang dijalankan bukan oleh pengusaha tetapi oleh birokrat manajerial sehingga lebih suka pendapatan yang tetap daripada melakukan inovasi dan mengambil resiko. Menurut Schumpeter kunci pertumbuhan ekonomi adalah pengusaha yang inovatif yang bersedia mengambil resiko dan memperkenalkan teknologi-teknologi baru.
Gunnar Myrdal (1898-1987) dalam bukunya An American Dilemma menyatakan ada konflik moral di Amerika. Disatu pihak, rakyat Amerika percaya kepada keadilan dan persamaan kesempatan.. Dipihak lain dalam prakteknya orang kulit berwarna diberlakukan tidak sederajat dengan orang kulit putih. Myrdal menyatakan bahwa Amerika merugi karena. diskriminasi dalam pendidikan, perumahan dan pekerjaan tersebut, karena kinerja ekonomi Amerika menjadi rendah. Myrdal berpendapat bahwa semakin besar pemerataan disuatu negara maka semakin cepat pertumbuhannya.. Konsekuensi fisik dan psikologis dari kemiskinan adalah orang miskin tidak mampu memanfaatkan bakatnya. Dia mempelajari hukum dan kemudian ekonomi dari Stockholm University, mengajar di Harvard sejak 1938 dan pemenang hadiah Nobel 1974.
John Kenneth Galbraith (1908- ) menyatakan perlu campur tangan pemerintah untuk menghadapi kekuatan kepentingan bisnis dan melindungi kepentingan publik. Galbraith (1967) menyatakan bahwa yang terjadi di Amerika Serikat bukan pasar kompetitif yang menguntungkan publik tetapi justru pasar non kompetitif dan perusahaan besar yang mengontrol pasar. Kebijakan yang diperlukan adalah pengendalian harga, peraturan upah minimum, jaminan pendapatan minimum, penyediaan barang publik yang cukup, perlindungan lingkungan, asuransi pegawai. Dia mengajar di Harvard dan penasehat presiden Trumper serta pemenang hadiah Nobel 1976. Dia menulis buku The Affluent Society, The New Industrial State dan Ekonomics and The Public Purpose.
Milton Freedman (1912- ) menyatakan uang dan kebijakan moneter berperan penting dalam menentukan aktivitas ekonomi. Dia menyatakan solusi masalah inflasi adalah harus mengendalikan pertumbuhan peredaran uang dan nilai tukar fleksibel lebih baik dari nilai tukar tetap. Freedman mendukung kebebasan individu dan menentang intervensi pernerintah dalam perekonomian dan menyatakan kapitalis adalah sistem ekonomi terbaik karena mempromosikan kebebasan politik dan karena pasar dapat membantu. mengimbangi kekuatan politik. Dalam sampul bukunya Free to choose Friedman memegang pensil yang menunjukkan bahwa tidak seorangpun yang bisa membuat pensil, meskipun pemenang hadiah Nobel. Dengan grafit dari Sri Langka, penghapus yang dibuat dari minyak rapeseed (lobak) dan sulfur chloride dari Indonesia, kayu dari Oregon dan dirakit di Wilkes-Barre, Pensylvania pensil yang berharga 10 sen dolar adalah produk dari pasar internasional. Friedman sering disebut sebagai penerus Hayek dan tokoh Neoliberal.
Paul Samuelson (1915 - ) adalah pelopor pembangunan landasan matematika untuk ekonomi. Baginya formalisme matematika dapat mengklarifikasikan sifat dari model dan argumentasi. Dia melihat bahwa matematika (aljabar linier dan kalkulus) menerangkan argumentasi-argumentasi dan membuktikan dalil ekonomi dapat diuji secara. empiris. Samuelson merupakan tokoh penting yang membawa ekonomi Keynesian ke Amerika. Dia guru besar ekonomi di MIT dan pemenang hadiah Nobel 1970.
James M. Buchanan (1919- ) mengembangkan, analisis ekonomi untuk mempelajari keputusan politisi dan pembuatan keputusan politik. Dia menyatakan pemahaman proses politik adalah penting untuk studi ekonomi. Buchanan berpendapat bahwa karena pembuat kebijaksanaan adalah manusia, maka mereka akan berusaha mendahulukan kepentingan sendiri daripada kepentingan publik dalam menetapkan undang-undang dan kebijakan terbaik bagi seluruh bangsa. Politisipun. akan berusaha untuk terus memegang jabatan politis daripada meningkatkan kesejahteraan pemilihnya. Buchaman mencatat bahwa politisi tidak mungkin diambil dari orang-orang yang lebih menyukai peran minimal pemerintah. Politisi lebih tertarik dengan rekayasa sosial yang beranggaran besar, karena kontrol atasnya menyebabkannya dapat memperoleh keuntungan, termasuk dana supaya dia bisa terpilih kembali. Demikian pula pegawai karir pemerintah berusaha mengusulkan anggaran. yang tinggi karena meningkatkan pendapatannya. Buchanan juga menentang defisit dan hutang publik karena ketika pemerintah menjual obligasi akan bersaing dengan pemberi pinjaman swasta sehingga menaikkan suku bunga dan menurunkan investasi. Dia adalah pemenang hadiah Nobel 1986.
Robert Solow (1924 - ) dikenal dengan model pertumbuhan ekonomi Solow dengan fokus peranan teknologi dalam pertumbuhan ekonomi. Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan membutuhkan tidak hanya penambahan modal tetapi juga kemajuan teknologi. Teknologi mempunyai peranan penting dalam menyeimbangkan diminishing return (pengembalian yang menurun) pada saat modal meningkat. Solow adalah guru besar ekonomi di MIT dan pemenang nobel 1987.
Armatya Sen (1933 - ) adalah figur utama dalam bidang ekonomi kesejahteraan (welfare) dan pembangunan ekonomi. Berpendapat bahwa ekonomi seharusnya lebih mengembangkan kemampuan diri manusia dan memperbanyak pilihan untuk mereka. Menerapkan pendekatan kemampuan dalam pengembangan ekonomi. Dia membedakan antara pertumbuhan ekonomi dan perkembangan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi meningkatkan pendapatan perkapita sedangkan perkembangan ekonomi meningkatkan harapan hidup, bebas buta huruf, kesehatan dan pendidikan masyarakat sehingga mereka bisa menjadi individu yang lebih berguna. Dia adalah pemenang hadiah Nobel 1993.
Joseph Stiglitz (1943 - )
dikenal sebagai pakar "ekonomi informasi” dan salah satu dari tiga pemenang hadiah Nobel 2001 yang dianggap berjasa meletakkan dasar bagi teori umum tentang pasar dengan informasi asimetrik". Dia dikenal sebagai ekonomi pemberontak karena mengkritik kebijakan negara-negara maju dan IMF dalam hubungannya dengan negara-negara berkembang.
Menurut Stiglitz IMF memberi resep penyelesaian standar khusus yang tidak tepat dan ketinggalan jaman, tanpa mempertimbangkan dampak yang mereka akibatkan kepada rakyat di negara yang diberitahu melakukan kebijakan tersebut. Jarang dia lihat peramalan mengenai apa yang dilakukan kebijakan tersebut kepada kemiskinan. Jarang dia lihat diskusi dari analisis yang mendalam tentang dampak-dampak dari kebijakan-kebijakan alternatif yang ada hanyalah resep tunggal. Pandangan-pandangan alternatif tidak dicari. Ideologi menuntun resep kebijakan dan negara-negara diharapkan mengikuti petunjuk-petunjuk IMF tanpa membantah.
Ketidakberhasilan IMF menurut Stiglitz, adalah karena tidak mengikuti urutan dan langkah tertentu dan kegagalan untuk sensitif terhadap konteks sosial yang lebih luas, seperti memaksakan liberalisasi sebelum terdapat regulasi yang memadai dan sebelum negara tersebut dapat menanggung konsekwensi yang merugikan dari perubahan mendadak sentimen pasar yang merupakan bagian dari kapitalisme modern; memaksakan kebijakan yang menghilangkan lapangan kerja sebelum lapangan kerja baru terbentuk, memaksakan privatisasi sebelum terdapat kompetisi dan regulasi yang mendukung.
Widjajono Partowidagdo
Guru Besar ITB & Anggota DEN