Proses Pembangunan Ekonomi Yang Kelebihan Tenaga Kerja (Labour)



Ekonomi pembangunan adalah cabang dari ilmu ekonomi yang prioritasnya membahas mengenai masalah-masalah pembangunaan di negara berkembang dan kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi.
Banyak pembelajaran tentang pembangunan di negara berkembang yang menyatakan bahwa tingkat pengangguran sangat tinggi baik pengangguran terbuka maupun terselubung. Negara berkembang biasanya identik dengan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja dalam sektor pertanian. Pertanian yang tergantung pada musim banyak menciptakan pengangguran musiman yang justru lebih serius keadaannya. Disamping itu sifat penting lain dari keadaan penduduk di negara berkembang adalah tingkat pertambahan penduduk yang sangat cepat yang menyebabkan masalah pengangguran di negara berkembang di negara tersebut.

Pertambahan penduduk yang semakin cepat menimbulkan masalah pengangguran dan proses pembangunan , hal ini mendorong beberapa ahli ekonomi untuk membuat teori mengenai model pembangunan dan perubahan stuktur ekonomi pada yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian yang masih tradisional dan sektor tersebut mempunyai kelebihan dalam jumlah tenaga kerja sehingga menghadapi masalah pengangguran terbuka dan terselubung yang serius. Model pembangunan pertama kali secara implisit memperhatikan proses perpindahan tenaga kerja dari desa ke kota dikembangkan oleh Prof. W Arthur Lewis dan kemudian diperbaharui oleh Gustav Ranis dan John C. H Fei.


  1. Teori Lewis

Lewis menganggap di negara berkembang terdapat kelebihan tenaga kerja tetapi kekurangan modal dan keluasan tanah yang belum digunakan sangat terbatas. Lewis tidak menyangkal bahwa beberapa negara berkembang seperti Afrika dan Amerika Latin terdapat masalah kekurangan tenaga kerja, akan tetapi di banyak negara berkembang lainnya seperti India, Mesir, Jamaika, dan negara kita sendiri terdapat penawaran tenaga kerja yang berlebih. Di negara seperti ini, jumlah penduduk tidak seimbang jika dibandingkan dengan modal dan sumber daya alam, dan sebagai akibat dari keadaan ini kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktivitasnya sangat kecil atau nol. Maka sebagian dari pekerja dalam kegiatan tersebut dipindahkan ke kegiatan lain, produksi dalam sektor yang pertama tidak akan menurun. Kelebihan tenaga kerja tersebut merupakan pengangguran terselubung.

Analisis Lewis mengenai proses pembangunan perekonomian yang menghadapi kelebihan tenaga kerja dapat dibedakan dalam tiga aspek:
  1. Analisis mengenai proses corak proses pertumbuhan itu sendiri.
  2. Analisis mengenai factor utama yang memungkinkan tingkat penanaman modal menjadi bertambah tinggi.
  3. Analisis mengenai factor-faktor yang menyebabkan proses pembangunan tidak terjadi.
Teori pembangunan Lewis termasuk dalam teori perubahan struktural. Dalam model Lewis, perekonomian dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor tradisional “agraris” dan sektor modern “industri”, semua buruh bermula dari ektor agraris sehingga penggunaan buruh sangat tidak efisien atau dengan kata lain produktivitas tenaga kerjanya sangat rendah atau mendekati nol.

Sektor modern atau industri perkotaan ditandai oleh perpindahan tenaga kerja, yaitu tenaga kerja dari sektor subsisten berpindah secara perlahan. Titik perhatian utama model ini adalah proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan tingkat pengerjaan (employment) di sektor modern. Perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan pengerjaan di perkotaan tersebut menyebabkan pertumbuhan output di sektor modern. Kecepatan kedua hal di atas (perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan pengerjaan) tergantung pada tingkat akumulasi modal industri di sektor modern. Konsep teorinya membahas tentang pembangunan di negara-negara berkembang yang memiliki surplus tenaga-kerja. Dia melihat pentingnya keseimbangan antara bidang agraris dan industri. Buruh dari sektor agraris akhirnya akan berpindah ke sektor industri sepanjang upah di sektor industri itu lebih tinggi daripada tingkat subsistensi. Jika lebih sedikit buruh yg bekerja di sektor agraris, efisiensi dan produktivitas tidak akan menjadi masalah. Diasumsikan bahwa ketika industri mendapat untung, dia akan selalu menabung dan melakukan investasi. Kuncinya ialah bahwa investasi dan tabungan harus lebih besar daripada inflasi dan upah. Proses ini akan terus meningkatkan permintaan akan tenaga-kerja (bahwa tenaga-kerja harus terus surplus).

2. Teori Renis-Fei

John Fei dan Gustav Ranis dalam "A Theory of Economic Development" menelaah proses peralihan yang diharapkan akan dilewati suatu negara terbelakang untuk beranjak dari keadaan stagnasi ke arah pertumbuhan swadaya. Teori merupakan penyempurnaan dari teori Lewis mengenai persediaan buruh yang tidak terbatas. Walaupun jaraknya sama tetapi kedua teori tersebut menekankan analisis masing-masing kepada aspek yang berbeda. Lewis menekankan pada corak pertumbuhan disektor modern atau kapitalis, dan mengabaikan analisis mengenai perubahan-perubahan yang akan terjadi disektor pertanian. Analisis Ranis-Fei agak lebihg seimbang dan bahkan dapat dikatakan penekanan lebih banyak diberikan kepada perubahan-perubahan yang terjadi disektor pertanian. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa analis Ranis-Fei lebih mendalam daripada analisis Lewis.

Analisis Ranis-Fei juga menunjukkan pengaruh dari pertambahan penduduk terhadap proses pembangunan, pengaruh system pasar terhadap interaksi diantara sektor pertanian dan industri, dan jangka masa (life cycle) dari berlakunya proses pembangunan untuk mencapai taraf negara industri.
Teori Ranis-Fei menyatakan bahwa” Suatu negara yang kelebihan buruh dan perekonomiannya miskin sumberdaya, sebagian besar penduduk bergerak disektor pertanian di tengah pengangguran yang hebat dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.” Dalam kondisi tersebut, sektor ekonomi pertanian berhenti. Di sana terdapat sektor industri yang aktif dan dinamis. Pembangunan terdiri dari pengalokasian kembali surplus tenaga kerja pertanian yang sumbangannya terhadap output nol, ke industri dimana mereka menjadi produktif dengan upah yang sama.
Asumsi yang digunakan:

  • Ekonomi dua-muka yang terbagi dalam sektor pertanian tradisional yang tidak berjalan dan sektor industri yang aktif.
  • Output sektor pertanian adalah fungsi dari tanah dan buruh saja.
  • Di sektor pertanian tidak ada akumulasi modal, kecuali reklamasi.
  • Penawaran tanah bersifat tetap.
  • kegiatan pertanian ditandai dengan hasil (return to scale) yang tetap dengan buruh sebagai faktor variable.
  • produktivitas marginal buruh nol.
  • output sektor industri merupakan fungsi dari modal dan buruh saja.
  • pertumbuhan penduduk sebagai fenomena eksogen.
  • upah nyata di sektor pertanian dianggap tetap dan sama dengan tingkat pendapatan nyata sektor pertanian.
  • pekerja di masing-masing sektor hanya mengkonsumsikan produk-produk pertanian.


Post a Comment

Previous Post Next Post