Latarbelakang Munculnya Aliran Sisi Penawaran

Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun 1971 hingga tahun 1973 perekonomian Amerika Serikat mengalami masa pemanasan (overheating) sebagai akibat dari kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansif pada periode sebelumnya, sesuai dengan ajaran aliran Keynesians. Akibatnya, harga-harga pangan dan bahan baku meningkat tajam. Kondisi ini semakin diperparah oleh kenaikan harga minyak dunia sebagai akibat politik embargo  oleh negara-negara penghasil minyak (OPEC). Politik embargo menyebabkan guncangan pada sisi penawaran (supply shock). Akibatnya, perekonomian menjadi lesu, produksi berkurang, pengangguran semakin meluas dan pada saat yang sama tingkat inflasi juga tinggi, kondisi ini yang disebut dengan stagflasi.

Aliran Sisi Penawaran berkembang sejak tahun 1970-an dan semakin populer pada tahun 1980-an, aliran ini merupakan respons terhadap kondisi perekonomian dunia yang mengalami stagflasi. Para ekonom agak terkejut dengan kejadian tersebut karena tidak pernah terjadi sebelumnya. Pada waktu itu, para ekonom gamang dan tidak tahu apa yang akan dilakukan dengan kejadian tersebut. Tingginya tingkat inflasi tampaknya menghendaki kebijakan fiskal yang ekspansif dan kebijakan moneter yang agak longgar. Tapi, guncangan sisi penawaran telah menyebabkan perlambatan produksi nasional. Akibatnya, pemerintah dan otoritas moneter mengalami kesulitan untuk menerapkan kebijakan makro ekonomi (fiskal dan moneter) yang relevan dengan kondisi aktual pada waktu itu.

Pada periode sebelumnya kebijakan moneter yang kontraktif sangat ampuh untuk meredam tingkat inflasi. Selanjutnya, pada saat resesi ekonomi mulai terjadi pada akhir tahun 1974, pemerintah dan otoritas moneter di Amerika Serikat mempertimbangkan untuk menerapkan kebijakan menaikkan pajak untuk memerangi inflasi dan pada tahun 1975 pemerintah dan otoritas moneter menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif. Akibatnya perekonomian bergerak cepat dan tingkat pengangguran dapat dikurangi. Ironisnya, tingkat inflasi masih relatif tinggi dan makin diperparah oleh naiknya harga minyak dunia pada tahun 1978.

Pemerintah dan Bank Sentral (The Fed) Amerika Serikat berusaha menekan inflasi dengan cara menerapkan kebijakan moneter yang dianjurkan oleh Milton Friedman, yaitu kebijakan moneter yang fokus pada usaha mengontrol jumlah uang beredar. Pada waktu itu pemerintah Amerika Serikat juga mengumumkan program  pengawasan kredit, jumlah pinjaman dibatasi. Langkah ini dtempuh untuk dapat mengotrol jumlah uang beredar  yang ada di masyarakat.

Pada saat pemerintah Amerika Serikat dan The Fed mengontrol tingkat inflasi, pada tahun 1981 hingga tahun 1982 terjadi resesi ekonomi dunia. Jika resesi ini diukur dengan tingkat pengangguran yang ditimbulkannya, maka resesi pada masa ini merupakan rsesi yang terburuk sejak depresi besar tahun 1930-an. Pada tahun 1982 pemerintah membatalkan program pembatasan jumlah uang beredar yang sebelumnya dianjurkan oleh aliran Moneteris.

Sebaliknya pemerintah dan The Fed membiarkan jumlah uang beredar tumbuh secara signifikan untuk memerangi resesi yang dialami oleh perekonomian dunia, khususnya Amerika Serikat. Akibatnya, Milton Friedman sangat marah dan beliau menulis surat ke Wall Street Journal intinya menjelaskan bahwa pemerintah dan The Fed tidak pernah mengadopsi kebijakan moneter yang dianjurkannya secara serius. Pengakuan pemerintah dan The Fed yang akan mengadopsi kebijakan moneter yang dia anjurkan hanya retorika belaka dan tidak pernah dilaksanakan secara konsisten (Deliarnov, 1995:195).

Meskipun aliran Moneteris lahir dan berkembang di Amerika Serikat, tapi yang menerapkan kebijakan moneter ala Moneteris bukan pemerintahan Amerika Serikat  (The Fed) saja, melainkan juga pemerintahan Inggris (Perdana Menteri Margareth Thatcher. Kebijakan makroekonomi yang diterapkan oleh pemerintahan Ronald Reagen untuk menghadapi inflasi  dan kelesuan ekonomi pada tahun 1980-an  adalah kebijakan makroekonomi yang dianjurkan oleh aliran Sisi Penawaran.

Post a Comment

Previous Post Next Post