Ada Tiga Alasan Rupiah Menguat
Oleh Muslimin Anwar
Selama lima bulan terakhir rupiah kian mencorong dan menguat 11,57 persen. Bila pada awal tahun 2009 rupiah tercatat Rp 11.235 per dolar AS, maka pada 5 Juni 2009, rupiah ditutup pada Rp.9.935 per dolar AS, tertinggi sepanjang tahun.
Setidaknya ada tiga faktor pendorong penguatan rupiah. Pertama, semakin membaiknya sektor keuangan Negara Paman Sam dan munculnya data pengangguran AS yang meskipun meningkat namun menunjukan perlambatan sehingga menambah keyakinan bahwa pemulihan ekonomi dunia sedang berlangsung.
Kedua, investor asing melihat aura positif berinvestasi di Indonesia setelah adanya perbaikan indikator faktor risiko domestik yang tercermin dari penurunan yield spread global bond Indonesia dengan US T-note 10 tahun dari 5,27 persen pada akhir April 2009 menjadi 4,32 persen pada akhir Mei 2009.Indikator ketertarikan investor pada Surat Utang Negara (SUN) yang tercermin dari selisih antara domestic government bond dan US Treasury juga tercatat tertinggi di kawasan Asia. Akibatnya, investor asing semakin agresif dalam menempatkan dananya di pasar modal domestik.
Ketiga, meningkatnya daya saing perekonomian Indonesia di tingkat global sebagai imbas dari berhasilnya reformasi kelembagaan yang dilakukan. Lembaga think tank dan pendidikan terkemuka dunia, IMD Competitive Center, yang berpusat di Lausanne Swiss, dalam laporannya berjudul World Competitiveness Yearbook 2009 telah meningkatkan peringkat daya saing Indonesia ditingkat global dari rangking 51 menjadi peringkat 42 dari seluruh 57 negara – negara utama dunia yang dinilai.
Semua itu semakin meningkatkan apetite investor khususnya asing untuk memburu rupiah, yang pada akhirnya berpengaruh positif terhadap pergerakan rupiah. Namun demikian, penguatan Rupiah terhadap dolar AS yang terlalu cepat dan terlalu signifikan (overvalued), dikhawatirkan akan memiliki dampak yang kurang bagus bagi neraca perdagangan.
Barang- barang ekspor Indonesia akan menjadi mahal dibanding barang – barang sejenis dari negara produsen yang tidak mengalami penguatan sebesar Rupiah. Selain itu, potensi membanjirnya barang impor seiring dengan apresiasi Rupiah semakin terbuka dan dikhawatirkan akan melibas barang produksi dalam negeri.
Oleh karena itu, Bank Indonesia harus secara cermat memonitor pergerakan rupiah agar tidak berdampak pada perekonomian secara nasional. Selain itu, Pemerintah perlu menyiapkan berbagai kebijakan untuk merendam masuknya barang – barang impor yang akan mematikan industri serupa di dalam negeri.
sumber : http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi
Tags
Artikel Ekonomi